MATERI KIMIA

Kamis, 05 Januari 2012

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam suatu lembaga pendidikan keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Hasil belajar tersebut merupakan prestasi belajar peserta didik yang dapat diukur dari nilai siswa setelah mengerjakan soal yang diberikan oleh guru pada saat evaluasi dilaksanakan. Keberhasilan pembelajaran di sekolah akan terwujud dari keberhasilan belajar siswanya. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu maupun dari luar individu. Faktor dari dalam individu, meliputi faktor fisik dan psikis, di antaranya adalah motivasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat memberikan dukungan yang positif dalam belajar, namun dapat juga menghambat proses belajar. Hambatan-hambatan yang terjadi berakibat pada hasil belajar individu yang mengalami proses belajar tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Keadaan-keadaan tersebut berdampak pada timbulnya masalah pada proses belajar selanjutnya. Motivasi belajar siswa yang rendah akan menjadi hambatan yang sangat berarti pada proses pembelajaran, karena dapat mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah. Oleh karena itu guru diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Permasalahan belajar seperti yang diungkapkan tersebut terjadi pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sekotong. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian nilai kimia yang rendah. Banyak siswa yang memperoleh nilai kimia di bawah 60, tidak sesuai yang diharapkan oleh guru. Anggapan tentang sulitnya belajar kimia sering mendominasi pemikiran siswa sehingga banyak di antara mereka kurang termotivasi dalam belajar. Selain itu, pembelajaran juga masih terpusat pada guru. Guru banyak menjelaskan dan siswa kurang diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan temannya.
Berdasarkan observasi peneliti di sekolah yang dilakukan antara bulan Januari-Februari tahun 2011 dan wawancara dengan guru kimia, siswanya kurang memahami pelajaran kimia hal ini dilihat dari nilai tes kimia yang kurang dari 60. Hal ini di tunjukan pada tabel berikut :
Tabel : 1.1 Hasil Belajar Siswa Kelas X Semester I di SMA Negeri 1 Sekotong pada materi pokok Ikatan Kimia Tahun Pelajaran 2010/2011.
No. Keterangan Kelas
X.1 X.2 X.3
1 Jumlah siswa 29 31 31
2 Jumlah siswa tuuntas 22 25 22
3 Jumlah siswa tidak tuntas 7 6 9
4 Nilai siswa tetinggi (diatas KKM) 85 90 90
5 Nilai siswa terendah (dibawah KKM) 40 55 55
6 Jumlah Nilai 2175 2325 2170
7 Nilai Rata-rata 75 75 70
8 Persentase ketuntasan 75,5% 80,8% 70,8%
(Sumber data : Arsip Guru Kimia Kelas X SMA Negeri 1 Sekotong Tahun Pelajaran 2010/2011).

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kelas X1, X2 dan X3 belum mencapai Standar Ketuntasan Klasikal yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Nasional minimal sebesar 85%. Rendahnya hasil belajar siswa ini diakibatkan karena kurang adanya motivasi belajar pada diri siswa, terlihat pada saat siswa menerima materi pelajaran. Hal ini ditunjukkkan dengan sikap siswa yang cenderung ramai sendiri, mengobrol dengan teman sebangku bahkan teman-teman yang lain, ada beberapa siswa yang mengerjakan PR pelajaran lain dan kurang memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Bila siswa diberi latihan soal yang agak sulit dari gurunya, siswa tidak mengerjakan soal tersebut dan tidak termotivasi untuk mencari penyelesaian dari soal tersebut. Siswa lebih senang menunggu guru menyelesaikan soal tersebut. Hal ini disebabkan siswa kurang diberikan kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan pendapat.
Selanjutnya mengenai keberhasilan belajar kimia Herman Hudoyo (1988:6-7) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar kimia sebagai berikut.
Peserta didik, meliputi: kemampuan, kesiapan, minat, motivasi, serta kondisi siswa pada saat mengikuti kegiatan belajar kimia.
Pengajar, meliputi: pengalaman, kepribadian, penguasaan materi kimia dan cara penyampaian yang diberikan oleh guru.
Prasarana dan sarana, meliputi ruangan, alat bantu belajar, buku tulis dan sumber belajar yang membantu kelancaran proses belajar-mengajar.
Penilaian, digunakan untuk melihat hasil belajar kimia siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan kegiatan belajar dan memperbaiki hasil belajar selanjutnya.
Dari pendapat tersebut di atas ada beberapa faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan hasil belajar siswa adalah meningkatkan motivasi siswa dalam belajar kimia. Motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak yang ada dalam diri siswa mampu menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai. Motivasi dapat berasal dari dalam diri siswa (intrinsik) maupun dari luar diri siswa (ekstrinsik).
Berdasarkan pada permasalahan tersebut akan dilaksanakan penelitian pembelajaran kimia dengan judul : “Pengunaan metode pemeblajaran ekspositori dengan pemberian kuis untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada materi pokok ikatan kimia siswa kelas X SMA Negeri 1 Sekotong Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah
Apakah pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran ekspositori dengan pemberian kuis dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada materi pokok ikatan kimia siswa kelas X SMA Negeri 1 Sekotong Tahun Pelajaran 2011/2012.?
Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini yang hendak dicapai adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar kimia Siswa kelas X SMA Negeri 1 Sekotong tahun pelajaran 2011/2012 mengunakan metode pembelajaran ekspositori diberikan kuis pada materin pokok ikatan kimia.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, sebagai berikut :
Manfaat Bagi Siswa
Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran ekspositori dan memotivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar.
Memberdayakan siswa untuk berlatih kerja sama dan tanggung jawab dalam diskusi kelompok serta melatih siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapat.
Manfaat Bagi Guru
Memberdayakan guru dalam penyusunan soal-soal, membimbing siswa dalam memecahkan masalah, memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya, memantau siswa saat mengerjakan latihan soal dengan berdiskusi.
Manfaat Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar dan dapat memberikan solusi altenatif dari masalah pembelajaran yang ada guna meningatkan hasil belajar kimia.
Diharapkan melalui informasi yang telah di peroleh dalam penelitian ini sekolah dapat memperkaya tehnik pembelajaran ilmu pengetahuan pada umumnya dan pendidikan kimia pada khususnya
Manfaat Bagi Peneliti
Dapat digunakan sebagai bekal peneliti untuk mengajar dikemudian hari.
Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan lembaga pendidikan serta dapat dijadikan panduan atau referensi bagi peneliti yang lain.

Definisi Operasional
Hal-hal yang perlu dijelaskan tentang beberapa istilah-istilah penting dalam judul ini adalah sebagai berikut :
Belajar dan Pembelajaran
Menurut Slameto (2010:2) Belajar adalah ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. sedangkan Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar siswa (aqib, 2003:4).
Metode Ekpositori
Menurut Amin Suyitno (2004:10), metode ekspositori adalah penyampaian yang dimulai ceramah di awal pelajaran, contoh soal, latihan dan guru memberikan bantuan secara individual atau klasikal jika diperlukan, tanya-jawab, serta pemberian tugas.
Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (1999:172) mengatakan metode ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Peranan guru yang penting adalah 1) menyusun program pembelajaran, 2) memberi informasi yang benar, 3) pemberi fasilitas yang baik, 4) pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar, dan 5) penilai prolehan informasi. Sedangkan peranan siswa adalah 1) pencari informasi yang benar, 2) pemakai media dan sumber yang benar, 3) menyelesaikan tugas dengan penilaian guru.
Pemberian Kuis
Kuis adalah tes yang di kerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar dalam kelompok. Kuis bentuknya isian singkat dan menanyakan hal yang prinsif. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai, kurang lebih 5-10 menit (sofyatingrum.2003:28). Hasil test digunakan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok.
Motivasi Belajar Kimia
Motivasi adalah proses mendorong kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang atau kelompok untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Adi, 1994:33).
Terdapat tiga element/ciri pokok dalam motivasi,yakni; motivasi mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan (Sardiman dalam Fathurrohman 2010;19).
Menurut Fathurrohman & Sutikno (2010:19-20), motivasi sendiri ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik.
Hasil Belajar Kimia
Hasil belajar kimia adalah nilai kongnitifnya, afektifnya maupun psikomotoriknya yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar di sekolah dengan diterapkan metode ekspositori dengan pemberian kuis.
Hasil belajar dapat dilihat dari terjainya perubahan hasil masukan pribai berupa motivasi dan harapan untuk berhasil (Keller dalam Nashar, 2004 :77).
Ikatan Kimia
Atom-atom dialam cenderung bergabung dengan atom yang lain membentuk molekul atau membentuk ion-ion. Pada proses pengabungan atom-atom tersebut terdapat gaya-gaya yang berkerja, sehingga antar atom-atom atau ion-ion tersebut dapat terikat satu sama lain. Gaya yang berkerja pada gabungan atom atau ion disebut Ikatan Kimia (Unggul Sudarmo, 2004: 40).
Ikatan yang terjadi antar atom-atom untuk mencapai keadaan yang lebh stabl, meliputi ikatan ion, ikatan kovalen, dan stuktur ruang molekul, (Hari Firman & Liliasari, 1997:93).
Diskusi Kelompok
Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh bbeberapa yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatumasalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah (Suryosubroto (2009:167).
Tujuan diskusi ini untuk memotivasi dalam memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam.

Lingkup Penelitian
Linkungan penelitan bertujuan untuk membatasi penelitian yang akan di bahas dan untuk memperlancar proses pelaksanaan yang di lakukan, yaitu:
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sekotong Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012 yang beralamat Jalan Raya Sekotong, Desa Cendi Manik, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.
Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah 32 Siswa Kelas X.3 SMA Negeri 1 Sekotong Tahun Pelajaran 2011/2012.

Objek Penelitian
Yang menjadi obyek penelitian ini adalah Pengunaan Metode Ekspository Dengan Pemberian Kuis Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar pada Materi Pokok Ikatan Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sekotong Tahun Pelajaran 2011/2012.














BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori
Belajar dan Pembelajaran
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Oleh karena itu, setiap guru perlu memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid-murid. Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan, mereka mengemukakan definisi belajar menurut pendapat mereka masing-masing. Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Hamalik (2003:16) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Jadi belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Siswa akan mendapat pengalaman dengan menempuh langkah-langkah atau prosedur yang disebut belajar.
Menurut ahli pendidikan modern (aqid, 200:42) belajar adalah pertumbuhan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, serta timbul dari berkembangnya sifat-sifat sosial, susila dan emisional .
Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan dalam tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhui belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
Faktor-faktor intern
Dalam faktor intern ini akan dibahas menjadi dua faktor yaitu sebagai berikut:
Faktor jasmaniah
Faktor kelelahan
Dalam Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dai penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan
Faktor psikologis
Perhatian
Menurut Gozali dalam Slameto perhatian adalah keaktifan siswa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu subyek (benda/hal) atau sekumpulan objek.
Minat
Menurut Hilgard dalam Slameto minat adalah kecendrungsn yang tetap untuk memperhatikan dan mengenng beberapa kegiatan.
Bakat
Bakat atau aptitide menurut Hilgard dalam Slameto bakat adalah “the capacity to learn” dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar.
Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever dalam Slameto kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi.
Faktor- ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokan kedalam 3 (tiga) faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Faktor keluarga
Faktor keluarga dapat mempengaruhi belajar siswa yang mencangkup cara orang tua mendidik anak, Relasi antara anggota keluarga, suasana rumah dan pengertian orang tua.
Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode belajar kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat belajar dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktro entern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Baik itu kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,ataupun bentuk kehidupan masyarakatnya.
Menurut David P. Ausubel yand dikutip oleh Tim MKPBM (2001:171), belajar dibedakan menjadi: belajar dengan menerima (reception learning) dan belajar melalui penemuan (discovery learning).
Belajar dengan menerima (reception learning)
Belajar dengan menerima, materi yang disajikan kepada siswa lengkap sampai bentuk akhir yang berupa konsep, teori, rumus atau contoh soal.
Belajar melalui penemuan (discovery learning)
Pada belajar dengan penemuan, bentuk akhir yang berupa rumus, teori atau aturan-aturan yang lain harus ditemukan oleh siswa sendiri. Proses penemuannya dapat dilakukan oleh siswa sendiri atau dapat pula dengan bimbingan guru.
Berdasarkan uraian di atas, berarti belajar adalah suatu proses atau serangkaian kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah dengan lingkungannya yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Aqib, 2003).
Menurut Hamalik (2003) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Ada empat ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu :
Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur pembelajaran dalam sudut rencana khusus
Saling ketergantungan (Interdependence). Antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangan kepada sistem pembelajaran.
Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dengan sistem yang dialami (natural).
Menurut sardiman (2001:12-14) proses pembelajaran merupakan proses interaksi antar dua unsur manusia, yakni siswa sebagai subyek pokoknya dan guru sebagai pengajarnya..
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang kompleks dalam menciptakan kondisi atas sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar dengan tujuan yang telah dirumuskan.

Hasil belajar
Sudjana (1989:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan hal yang penting yang akan dijadikan sebagai tolak ukur sejauh mana keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Dari hasil belajar, guru dapat menilai apakah sistem pembelajaran yang diberikan berhasil atau tidak, untuk selanjutnya bisa diterapkan atau tidak dalam proses pembelajaran. Menurut Pupuh Faturrohman & Sobry Sutikno (2010: 53) hasil belajar dibagi dalam tiga aspek yaitu:
Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret.
Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya
Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru
Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Receiving (menerima)
Adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
Responding (menanggapi)
Menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara.
Valuing (menilai).
Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Organization (mengorganisasikan)
Artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum.
Ranah Psikomotor
Merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). lukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi pokok ikatan kimia.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar kimia adalah kemampuan yang telah dicapai siswa baik kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar kognitif berasal dari nilai evaluasi hasil belajar siswa. Pada kurikulum 1994 hanya hasil belajar kognitif yang dijadikan tolak ukur keberhasilan siswa dalam belajar. Tetapi untuk kurikulum 2004 sekarang, hasil belajar siswa meliputi hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar psikomotorik siswa berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa, hasil belajar psikomotorik siswa diperoleh dari hasil pengamatan terhadap keterampilan siswa dalam mengerjakan soal kuis yang diberikan. Sedangkan untuk hasil belajar afektif siswa, diperoleh dari hasil lembar obsevasi dan angket motivasi belajar siswa.
Motivasi Belajar Kimia
Motivasi berpangkal dari kata “motif’, yang dapat diartikan sebagai daya pengerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc donald, Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukanan Mc Donald ini, maka terdapat tiga elemen/ ciri pokok dalam motivasi, yakni; motivasi mengawasi terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan diransang karena adanya tujuan (sradiman, 2004)
Owen dkk (1981) membagi motivasi menjadi dua, yaitu Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang datang dari dalam diri seseorang, sedangkan Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari lingkungan luar seseorang.
Sardiman A. M (1996: 75) mengatakan bahwa motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu dapat timbul di dalam diri seseorang. Sedangkan Sumadi Suryabrata (1983: 9) mengemukakan pendapatnya bahwa motivasi intrinsik lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk belajar daripada motivasi ekstrinsik.
Menurut Sardiman A. M (1996: 75) dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar tersebut dan juga memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dalam belajar tercapai. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan tujuan disini adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam mengupayakan sesuatu yang diinginkannya (Wahosumidjo, 1992).
Menurut Fathurrohman & Sutikno (2010:20-21) Ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yakni:
Menjelaskan tujuan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seseorang guru menjelaskan mengenai tujuan yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam melaksanakan belajar.
Berikan hadiah untuk siswa berprestasi dalam menjawab kuis. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar siswa yang berprestasi.
Sudah sepantasnya siswa berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal kepada peserta didik dalam pembelajaran.
Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun komunal (kelompok)
Utami Munandar (1992: 34-35) menyatakan ciri siswa yang bermotivasi, antara lain:
Tekun menghadapi tugas,
Ulet menghadapi tugas,
Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi,
Ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan,
Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin,
Oemar Hamalik (2002) menyebutkan bahwa ada tiga fungsi motivasi :
Mendorong siswa untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi,
Menentukan arah, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai,
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Metode Ekspositori
Menurut Amin Suyitno (2004:10), metode ekspositori adalah penyampaian yang dimulai ceramah di awal pelajaran, contoh soal, latihan dan guru memberikan bantuan secara individual atau klasikal jika diperlukan, tanya-jawab, serta pemberian tugas.
Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (1999:172) mengatakan metode ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Peranan guru yang penting adalah 1) menyusun program pembelajaran, 2) memberi informasi yang benar, 3) pemberi fasilitas yang baik, 4) pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar, dan 5) penilai prolehan informasi. Sedangkan peranan siswa adalah 1) pencari informasi yang benar, 2) pemakai media dan sumber yang benar, 3) menyelesaikan tugas dengan penilaian
Menurut Herman Hudoyo(1998 : 133) metode ekspositori dapat meliputi gabungan metode ceramah, metode drill, metode tanya jawab, metode penemuan dan metode peragaan.
Dari beberapa pendapat di atas, bahwa metode ekspositori yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengobinasikan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Pemberian tugas diberikan guru berupa soal-soal latihan yang dikerjakan secara individual atau kelompok. Adapun hasil belajar yang dievaluasi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang dikuasai siswa. Pada umumnya alat evaluasi hasil belajar yang digunakan adalah tes yang telah dibukukan atau tes buatan guru
Pada metode ekspositori siswa belajar lebih aktif dari pada metode ceramah. Siswa mengerjakan latihan soal kuis sendiri atau juga dapat berdiskusi dengan temannya. Dalam sistem ini juga guru menyajikan materi ajar dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap, sehingga anak didik tingal menyimak dan merencanaknnya secara tertib dan teratur.
Menurut Faturahman & Sutikno (2010:30), Secara garis besar prosedur pendekatan ekspositori ini adalah sebagai berikut :
Preparasi. Guru mempersiapkan (preparasi) bahan selangkapnya secara sistematis dan rapi.
Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anaka didik kepada materi yang akan diajarkan.
Presentasi. Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyuruh anak didik membaca bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau yang ditulis guru sendiri.
Resitasi. Guru bertanya dan anak menjawab sesuai bahan yang dipelajari, atau anak didik disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri (resitasi), tentang pokok masalah yang telah dipelajari, baik yang dipelajari secara lisan maupun tulisan (Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, 2003)
Pendapat David P. Ausebul dalam Pentatito Gunowibowo (1998:6.7) menyebutkan bahwa metode ekspositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna. Pemilihan metode pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mengajar sangat penting karena dapat mempengaruhi belajar siswa. Dengan demikian, diharapkan penggunaan metode ekspository dengan tepat akan menjadi metode yang baik untuk pembelajaran kimia dengan pemberian kuis kimia.
Pemberian Kuis Kimia
Dalam pembelajaran kimia hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah-masalah yang kontekstual, siswa dapat secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep-konsep, teori, rumus kimia. Disamping itu juga dapat memotivasi siswa untuk menyenangi kimia karena mengetahui keterkaitan dan kegunaan kimia dalam kehidupan sehari-hari (http://www.bruderfic.or.id).
Kuis merupakan isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip. Bentuknya berupa isisan singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai, kurang lebih 5 -10 menit. Kuis dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir yang terlibat adalah pengetahuan dan pengalaman (Sofyatiningrum. 2003:28).
Kuis terdiri dari soal-soal singkat yang mencakup pelajaran yang baru dipelajari atau untuk mengingat pelajaran sebelumnya yang sudah disampaikan. Kuis dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Pemberian kuis antara lain berfungsi): (http://www.google.co.id).
Mengetahui kemajuan belajar siswa,
Mendiagnosis kesulitan belajar,
Memberikan umpan balik,
Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan,
Memotivasi siswa untuk belajar lebih baik.
Kuis biasanya terdiri dari satu atau dua soal. Dalam mengerjakan kuis siswa tidak boleh membuka buku dan dikerjakan secara mandiri. Setelah mengerjakan kuis, hasilnya dikumpulkan dan diberikan penilaian oleh guru. Apabila siswa kurang yakin dengan penyelesaian kuis yang telah dikerjakan, siswa diberi kesempatan untuk menanyakan kepada guru (http://www.google.co.id).
Dengan adanya kuis menuntut siswa untuk mempelajari materi yang sudah diberikan maupun yang akan diajarkan. Sehingga diharapkan pemberian kuis dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa .
Materi Pokok Ikatan Kimia
Materi pokok
Adapun materi pokoknya adalah ikatan kimia yang memuat sub materi pokok yang akan dipelajari yaitu kestabilan atom, ikatan ion, ikatan kovalen, senyawa polar dan non polar, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam.
Menurut pendapat W. Konsel dan G. N. Lewis (1916), kestabilan sifat gas mulia disebabkan oleh elektron valensinya yang berjumlah delapan (kecuali He dengan elektron valensi dua). Konfigurasi elektron valensi gas mulia dikenal sebagai konfiguras oktet, karena terdiri atas delapan elektron pada kulit terluarnya. Konfigurasi elektron terluar unsur-unsur gas mulia seperti tercantum pada tabel 2.1 di bawah ini :


Tabel. 2.1 Konfigurasi elektron gas mulia (golongan VII A).
Periode Unsur Nomor atom Kulit
K L M
1 He 2 2
2 Ne 10 2 8
3 Ar 18 2 8 8
4 Kr 36 2 8 18
5 Xe 54 2 8 18
6 Rn 86 2 8 18

Unsur-unsur lain dapat mencapai konfigurasi oktet dengan melepaskan elektron valensinya atau menyerap elektron tambahan. Hal itulah yang terjadi ketika unsur-unsur tersebut membentuk ikatan. Jadi dikatan bahwa :
Gas mulia bersifat stabil karena konfigurasinya sudah oktet (duplet untuk He)
Unsur selain gas mulia membentuk ikatan dalam rangka mencapai konfigurasi oktet.
Suatu ikatan kimia adalah tentang gaya tarik menarik yang kuat antar atom-atom tertentu. Lambang lewis adalah lambang atom yang disertai elektron valensinya. Jenis-jenis ikatan kimia yaitu :
Ikatan Ion
Ion-ion positif yang terbentuk dari logam alkali dan alkali tanah (golongan IA dan IIA), melalui gaya elektrostatik akan tarik menarik dengan ion-ion negatif dari unsur golongan VIA dan VIIA membentuk zat padat. Misalnya reaksi logam Na dan gas Cl2 menghasilkan 2 NaCl melalui reaksi :
2 Na + Cl2 2  2 NaCl
Ikatan Kovalen
Ikatan yang terjadi melalui pengunan bersamaa ini disebut ikatan kovalen. Ada bermacam-macam ikatan kovalen yaitu kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga. Bila masing-masing unsur yangberikatan menyumbangkan sepasang elektron, maka elektron ikatan menjadi dua pasang dan terbentuk ikatan kovalen rangkap. Adapun ikatan kovalen yang dibentuk oleh tiga pasang elektron, yaitu ikatan kovalen rangkap tiga. Dalam beberapa senyawa, ikatan kovalen dapat pla terbentuk dengan pengunaan bersama sepasang elektron yang berasal dari salah satu atom yang berikatan, sedangkan atom lainnya hanya menerima saja pasangan elektron yang digunakan bersama itu. Ikatan kovalen yang terbentuk adalah ikatan kovalen koordinasi atau ikatan dativ
Ikatan kovalen polar
Molekul-molekulyang memiliki dipol disebut molekul polar dan ikatan yang membentuk molekul itu ialah ikatan kovalen polar. Contoh ikatan kovalen misalnya CH4 sedangkan contoh ikatan kovallen polar adalah HCl.\

Ikatan logam
Ikatan logam adalah gaya tarik menarik antar ion-ion positif dengan elektron-elektron pada kulit valensi.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
SK : Mendekripsikan struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia.
KD : Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
Indikator
Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya.
Menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (oktet dan duplet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur Lewis).
Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal dan kovalen rangkap.
Menjelaskan proses terbentuknya ikatan ion. Dan proses terbentuknya ikatan kovalen koordinasi
Mendeskripsikan proses terbentuknya ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam.

Kerangka Berpikir
Seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan suatu metode pembelajaran dalam menyajikan materi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penggunaan metode yang sesuai dengan situasi dan keadaan yang dialami siswa secara keseluruhan merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung timbulnya aktivitas bertanya siswa dan mampu melibatkan pemahaman siswa yang tinggi dan berakibat terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal mata pelajaran kimia. Terutama tentang ikatan kimia.
Adapun faktor-faktor pendukungnya adalah faktor yang berasal dari luar diri anak atau faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain minat belajar, motivasi, intelegensi dan bakat. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu memilih metode pembelajaran, salah satunya penerapan metode pembelajaran ekspositori.
Pencapaian hasil belajar yang maksimal dengan menggunakan metode pembelajaran ekspositori dapat berpengaruh secara langsung terhadap pencapaian keterampilan-keterampilan proses siswa seperti mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengidentifikasi dan sebagainya. Adanya konsep siswa dalam memahami dan menerapkan keterampilan belajar yang diperolehnya dapat membantu siswa tersebut dalam memecahkan persoalan belajar sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan aktif dan lancar.
Dengan demikian diduga penerapan metode pembelajaran ekspositori dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Dengan ini mengharapkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan hanya di dalam kelas, dengan diberikan tugas kelompok dan kuis pada siswa untuk menyelesaikan atau memecahkan permasalahan, untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian adalah sebuah jawaban yang bersifat sementara permasalahan penelitian sampai terbuktinya kebenaranya (Arkunto, 2006).
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas diajukan hipotesis sebagai berikut : penerapan metode pembelajaran Ekspositori dengan pemberian kuis untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar kimia pada materi pokok ikatan kimia siswa kelas X SMA Negeri 1 Sekotong Tahun Pelajaran 2011/2012.







BAB III
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian tindakan Kelas (PTK.). Menurut Russefendi dalam Margaretha (2008) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu tindakan yang terarah, terencana, cermat, dan penuh perhatian yang dilakukan oleh praktisi pendidikan (guru) terhadap permasalahan yang ada dalam kelas yang bertujuan untuk perbaikan pendidikan seperti metode mengajar, kurikulum dan sebagainya.

Tempat dan Subyek Penelitian
Pelaksanaan pra penelitian dimulai dengan penelusuran masalah di SMA Negeri 1 Sekotong pada bulan Februari 2011. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sekotong mulai sekitar bulan September 2011. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Sekotong sebanyak 32 siswa.

Faktor Yang Diselidiki
Untuk mampu menjawab permasalahan tersebut di atas ada beberapa faktro yang diselidiki antara lain faktoro siswa, faktor guru, dan faktro proses mengajar.
Faktor siswa yang diselidiki yaitu faktor peningkatan motivasi dan hasil belajar kimia pada mater pokok ikatan kimia dengan pengunaan metode pembelajaran ekpositori dengan pemberian kuis.
Faktor guru yang diselidiki adalah melihat cara guru dalam merencanakan pembelajaran serta bagaimana pelaksaanaannya di kelas berdasarkan pengunaan metode ekpositori dengan pemeberian kuis.
Faktor proses belajar mengajar yang diselidiki adalah pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas apakah sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang dibuat.

Prosedur Penelitian
Prosedur kerja dalam penelitian ini merupakan siklus kegiatan yang terdiri dari dua siklus.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari tiga tahap dalam setiap siklus yang meliputi:
Perencanaan tindakan,
Pelaksanaan dan observasi (pengamatan) tindakan,
Refleksi.
Adapun tiga tahap tindakan tersebut untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dari tiap siklus sebagai berikut :













Gambar 1. Spiral Tindakan Kelas (adaptasi Hopkins, 1993).
Penelitian ini dilaksanakan minimal dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua atau tiga kali pertemuan. Penelitian dilaksanakan selama proses pembelajaran kimia dengan materi pokok ikatan kimia yang meliputi ikatan ion, ikatan kovalen, maupun kepolaran ikatan. Berikut ini penjabaran setiap siklusnya:
Siklus I
Adapun kegitan yang dilakukan adalah :
Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan untuk siklus I diawali menyusun instrumen, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus, Soal Kuis dan LKS sebagai bahan diskusi, tes hasil belajar, angket serta lembar observasi untuk melihat kondisi belajar-mengajar dikelas ketika meode ekspositori di aplikasikan oleh peneliti yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru kimia .
Untuk kegiatan pada siklus I ini, peneliti mempersiapkan soal-soal kuis, latihan soal diskusi dan soal evaluasi dengan sub pokok bahasan: kestabilan unsur, ikatan ion, ikatan kovalen, Sebelum diberikan kepada siswa, soal-soal kuis tersebut dikonsultasikan terlebih dahulu bersama dosen pembimbing, serta guru kimia yang bersangkutan terlebih dahulu,. Setelah mendapat persetujuan, barulah soal-soal tersebut diberikan kepada siswa.
Pelaksanaan dan Observasi (pengamatan) Tindakan
Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan setting sesuai rencana penelitian yang telah disusun. Pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan metode ekspository dengan materi pokok ikatan kimia.
Guru membagikan soal pre-tes kepada siswa, setelah waktu pre-tes sudah habis, selanjutnya guru menjelaskan, membimbing siswa dalam memahami materi dan memberikan contoh soal. Kemudian untuk mengetahui pemahaman siswa pada guru memberikan LKS sebagai bahan diskusi kepada masing-masimg kelompok yang telah ditetapkan kelompoknya. Apabila telah selesai mengerjakan soal diskusi, guru mempersilahkan perwakilan siswa untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan maju ke depan kelas. Selama siswa menjelaskan di depan kelas, guru dan siswa yang lain mendengarkan baik–baik, setelah selesai menjelaskan, barulah guru menanyakan apakah ada yang tidak setuju atau mungkin memiliki jawaban yang berbeda dengan jawaban siswa yang maju, bila ternyata ada yang memiliki pendapat yang berbeda, maka siswa tersebut dipersilahkan untuk memberikan pendapatnya di depan kelas juga. Setelah itu, guru menyimpulkan jawaban yang benar dan melanjutkan ke materi berikutnya.
Pada akir kegiatan guru memberikan kuis kepada siswa selama 5 – 10 menit yang dikerjakan secara mandiri oleh siswa dan hasilnya dikumpulkan untuk dinilai, soal berupa tes uraian sebanyak 1-2 buah soal pada setiap kuis yang diberikan. kuis diberikan setelah guru membimbing siswa dalam memahami materi pelajaran. Guru mengawasi saat para siswa mengerjakan kuis.
Pada saat pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati segala aktivitas yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, baik aktivitas siswa, maupun guru yang mengajar. Agar informasi yang diperoleh lebih akurat, maka peneliti telah mempersiapkan pedoman observasi untuk penyusunan catatan lapangan.
Refleksi
Peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk menyimpulkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan menyusun rencana perbaikan pada siklus II yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Data yang diperoleh selama observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar kimia siswa dengan pemberian kuis dalam pembelajaran kimia.
Evaluasi yang dilakukan antara lain meliputi ketercapaian indikator pembelajaran, kendala-kendala yang dihadapi selama tindakan berlangsung, respons siswa terhadap tindakan pembelajaran, melakukan evaluasi I berupa tes ikatan kimia kepada siswa berdasarkan soal-soal tes yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Keseluruhan hasil evaluasi yang menyebabkan hambatan ketercapaian sasaran pada siklus I (bila ada) digunakan sebagai pedoman untuk melakukan siklus II, agar ketercapaian indikator pembelajaran lebih baik.

Siklus II
Tahap perencanaan pada siklus II diawali dengan identifikasi masalah berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Masalah–masalah yang timbul pada siklus I ditetapkan alternatif pemecahan masalahnya dengan harapan tidak terulang pada siklus II nantinya.

Elemen Instrument
Adapun element instrumen dalam penelitian ini adalah meliputi, Lembar observasi Siswa, guru, dan tes hasil belajar siswa.
3.5.1 Lembar Observasi
Untuk mengetahui aktifitas belajar siswa dan guru dalam proses belajar mengajar digunakan beberapa indikator melalui lembar observasi. Adapun indikator-indikator tersebut antara lain :
Perilaku siswa
Indikator perilaku siswa antara lain :
Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran
Aktivitas siswa didalam pembelajaran
Aktifitas siswa dalam diskusi
Menampilkan hasil karya
Menyimpulkan Hasil belajar
Perilaku Guru
Pada penilaian aktivitas guru indikator penilaian aktifitas guru disesuaikan dengan prosedur metode pembelajaran ekpositori dengan diberikan kuis.
3.5.2 Tes Hasil belajar
Tes adalah setentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok, (Arikunto,2006:150).
Tes hasil belajar diberikan pada akhir pelaksanaan tindakan siswa diberikan tes hasil belajar yang akan diadakan secara individual dengan tujuaan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada setiap tindakan. Data yang didapat melalui tes berupa data yang disajikan secara kuantitatif dari hasil belajar siswa selama mengunakan metode pembelajaran ekspositori.

Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji Validitas
Validitas tes digunakan untuk mengetahui apakah alat penelitian yang digunakan sudah tepat atau betul-betul menilai apakah yang seharusnya dinilai. Karena soal tes evaluasi yang digunakan pada penelitian adalah soal penelitian sebelumnya yang sudah valid, jadi peneliti tidak menguji soal apakah valid atau invalid.

Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat keteapan,ketelitian atau keakuratan yang ditunjukan oleh instrument. Reabilitas artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Arikunto, 2010). Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut menunjukkan hasil-hasil mantap. Untuk mencari reliabilitas tes digunakan rumus sebagai berikut :
r_(11= (k/(k-1))((Vt-∑▒pq)/Vt) )
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan
Vt = Varians total
p = Proporsi subyek yang menjawab benar item soal
q = Proporsi subyek yang menjawab salah item soal
pq = Jumlah hasil perkalian p dan q

Tabel 3.1 Kriteria Reabilitas Instrumen
No Nilai Kriteria
1 0,00 – 0,200 Sangat rendah
2 0,200 – 0,400 Rendah
3 0,400 – 0,600 Sedang
4 0,600 – 0,800 Tinggi
5 0,800 – 1,00 Sangat tinggi
(Arikunto, 2010)
Setelah diperoleh harga r11 kemudian dikonsultasikan dengan rxy dengan interval kepercayaan 5% jika r11 ≥ rxy maka soal tersebut dikatakan reliabel.
Uji Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)
DP= 〖JB〗_A/〖JS〗_A - 〖JB〗_B/〖JS〗_B
Keterangan:
DP = Daya Pembeda
JBA = Jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas
JBB = Jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah
JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas
JSB = Banyaknya siswa pada kelompok bawah.

Tabel 3.2 Klasifikasi daya pembeda
Interval Daya Pembeda Kriteria
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
(Arikunto, 2010)
Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya sesuatu soal. Besar tingkat kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Soal yang tingkat kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya tingkat 1,00 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah. Tingkat kesukaran dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus:

Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:
Soal P = 0,0 – 0,30 adalah soal yang sukar
Soal P = 0,31 – 0,70 adalah soal yang sedang
Soal P = 0,71 – 1,00 adalah soal yang mudah

Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilaksanakan.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
Data Hasil Belajar
Tehnik Kuis
Dalam penelitian ini tes yang akan dilakukan berupa kuis setelah pemberian materi pelajaran dan contohnya, kuis dikerjakan secara individual, soal kuis berupa uraian singkat dengan jumlah 1-2 soal yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada pokok materi ikatan kimia.
Evaluasi
Menurut Wand & Brown dalam Faturahman & Sutikno (2010:141), evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai daripada proses. Evaluasi diberikan apabila akhir tiap siklus. Tes ini diberikan pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar perseta didik secara berkesinambungan.. Instrumen ini juga digunakan sebagai sumber tambahan dalam melihat perkembangan motivasi siswa yang dilihat dari aspek peningkatan nilai dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan metode ekspositori yang diberikan kuis.
Tes berupa tes obyektif dengan jumlah 25 soal yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi pokok ikatan kimia. Tes obyektif adalah tes tulis yang itemnya dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia sehingga siswa menampilkan kesragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab salah (Pupuh Fathurrohman & Sobry Sutikno: 2010:81).
Aktifitas siswa
Adapun tehnik pengumpulan data yang dilakukan dalam aktifitas siswa adalah :
Lembar Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto 2006:151). Angket ini berupa kumpulan pernyataan untuk mengumpulkan data mengenai respons siswa terhadap pemberian kuis dalam proses pembelajaran kimia guna meningkatkan motivasi siswa dalam belajar kimia.
Lembar Observasi Siswa
Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang kualitatif yang berkenaan dengan informasi aktifitas siswa baik dalam preoses belajar mengajar selama diterapkannya metode ekspositori dengan pemberian kuis untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Lembar Observasi Guru
Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang kualitatif yang berkenaan dengan informasi aktifitas guru dalam melaksanakan rencana yang telah dibuat (RPP) selama diterapkannya metode ekspositori dengan pemberian kuis untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi dengan mencatat atau mengabadikan kegiatan berupa foto atau melihat catatan-catatan (arsip-arsip) yang dilakukan dalam penelitian.. Dokumentasi ini dilakukan selama proses belajar mengajar dengan metode pembellajarn ekspositori dengan pemberian kuis untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Teknik Analisis Data
Adapun teknis analisis data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut.
Data Aktifitas Siswa
Untuk memperoleh data aktifitas siswa selama proses belajar mengajar, digunakan dua tehnik, yakni tehnik angket dan lembar observasi siswa.
a. Tehnik Angket
Setelah diperoleh data dari lembar angket siswa maka: Persentase angket dapat dicari dengan Rumus :
(Sopyatiningrum, 2003)
Keterangan:
= Persentase total yang diperoleh,
= Jumlah skor keseluruhan mentah siswa
= Jumlah skor x jumlah siswa
Cara Penskoran :
Skor 2 jika pilihan Ya
Skor 1 jika pilihan Tidak (Sugiyono, 2010)
Skor 0 jika pilihan tidak menjawab
Total Skor keseluruhan jika jawaban Ya semuanya adalah 40
Total skor keseluruhan jika jawaban Tidak semuanya adalah 20
Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket motivasi belajar
No. Indikator Nomor Butir Soal Jml
A. Motivasi siswa dalam belajar kimia dengan ceramah dan membaca 1, 2, 3 ,4, 5 5
B. Motivasi siswa dalam diskusi kelompok. 6, 7, 8, 9, 10 5
C. Motivasi siswa dalam mengerjakan soal kuis 11, 12, 13, 14, 15 5
D. Usaha untuk meningkatkan prestasi belajar 16, 17, 18, 19, 20 5
Jumlah Angket 20

Tehnik Lembar Observasi Siswa
Data aktivitas siswa di analisis dengan cara sebagai berikut:
Menentukan skor yang diperoleh oleh siswa, skor setiap individu tergantung dari banyaknya perilaku yang dilakukan siswa dari sejumlah individu yang di amati, yakni :
Skor 5 diberikan jika semua deskriptor nampak
Skor 4 diberikan jika 3 deskriptor nampak
Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor nampak
Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor nampak dan
Skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor nampak yang dilakukan siswa.
Menghitung skor aktivitas belajar siswa
Skor aktivitas belajar siswa dapat di hitung dengan rumus:

Keterangan:
A = Rata-rata skor motivasi belajar siswa
∑x = Jumlah Skor motivasi belajar siswa
I = banyaknya indikator aktivitas siswa
untuk persentase keterlaksanaan dengan rumus :
%Keterlaksanaan = (jumlah skor yang diperoleh)/(jumlah skor maksimal ) X 100%
Menentukan MI dan SDI dengan cara sebagai berikut:
Jumlah Indikator : 5
Skor Maksimum : 5 x 5 = 25
Skor Minimum : 1 x 5 = 5
M_i=(( skor max⁡〖+ skor min⁡)〗)/2= (5+1)/2=6/2=3
SDi=1/3 M_1
=1/3 3=1

Keterangan:
Mi = Mean Ideal
SDi = Standar Deviasi ideal
SMi = Skor Maksimum Ideal (skor tertinggi setiap indikator aktivitas siswa apabila semua deskriptor yang di amati tampak)
Menentukan kategori aktivitas siswa
Untuk menentukan kategori aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.4. Pedoman Skor standar aktivitas belajar siswa
Interval Nilai Kategori
A≥Mi + 1,5 Sdi A≥4,5 Sangat aktif
Mi + 0,5 SDi ≤ A Mi - 0,5 SDi ≤ A Mi- 1,5 SDi ≤A A (Sumber: (Nurkencana : 1999)
Data Aktifitas guru
Penilaian aktivitas guru dilakukan melalui observasi langsung yang dilakukan oleh observer (pengamat). Data aktivitas guru diambil mengunakan lembar observasi. Indikator perilaku guru pada lembar observasi disesuaikan dengan ketentuan prosedur belajar pada metode ekspositori. Setiap indikator memiliki deskriptor-deskriptor. Adapun untuk mencari persentase aktvitas guru dianalisis dengan rumus :
x =(Jumlah deskriptor yang nampak)/(jumlah deskriptor) x 100% (Sari, 2009:37)
Untuk kriteria aktifitas guru :
90 % -100% = Sanggat tinggi
70% – 80% = Tinggi
60% – 50% = Cukup
40% – 30% = Rendah
10% - 20% = Sanggat rendah
Analisis Data Hasil Belajar
Analisi Hasil Kuis
Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadapt materi yang diajarkan maka skor kuis dihitung dengan skor berstandar 100 dengan rumus :
Skor kuis=B/N x 100 (Sofyantiningrum∶2003:34)
Keterangan :
B = Banyaknya butir soal kuis yang dijawab benar
N = Banyaknya butir soal kuis
Dengan ketentuan nilai :
80-100 = Baik sekali
70-79 = Baik
60-69 = Cukup
<50 = Kurang
Ketuntasan Individu
Untuk mengetahui daya serap dan pemahaman siswa saat pelajaran berlangsung, hasilnya dianalisis secara deskriptif dengan menentukan skor rata-rata hasil tes.
Analisis untuk mengetahuinya dirumuskan sebagai berikut :
M = (∑▒X)/N
Keterangan :
M = Mean (Nilai rata-rata)
∑x = Jumlah nilai total yang diperoleh dari hasil penjumlahan dari nilai setiap individu
N = Banyaknya Individu (peserta tes)
Ketuntasan individu, setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas apabila siswa mampu memperoleh nilai ≥ 60 (Ketuntasan individu mata pelajarn kimia yang digunakan di SMA Negeri 1 Sekotong)
Ketuntasan Klasikal
Data tes evaluasi belajar tiap akhir siklus dianalisis dengan menggunakan analisis ketuntasan hasil belajar secara klasikal minimal 85 % dari jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60. Dengan rumus ketuntasan belajar klasikal sebagai berikut :
KK = x 100 %
Keterangan:
KK = Ketuntasan klasikal
X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 60 ke atas
Z = Jumlah seluruh siswa
Ketuntasan belajar secara klasikal tercapai jika ≥ 85 % siswa memperoleh skor minimal ≥ 60 yang akan terlihat pada hasil evaluasi tiap-tiap siklus.
Adapun kisi-kisi untuk soal tes evaluasi akhir siklus 1 dalah tertera dalam tabel berikut :

Tabel.3.1 Kisi-kisi tes Evaluasi Siklus I
Kompetensi dasar Materi Pembelajaran Indikator Tingkat kongnitif Jumlah Siklus
C1 C2 C3
1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk Kestabilan unsure


Kaidah oktet dan duplet (struktur lewis)


Ikatan ion

Ikatan kovalen

Ikatan kovalen tunggal dan rangkap

Ikatan Kovalen koordinasi Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya.
Menggambarkan susunan elektron valensi atom gas mulia (oktet dan duplet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur Lewis).
Menjelaskan proses terbentuknya ikatan ion.
Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen
Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal dan kovalen rangkap
Menjelaskan proses terbentuknya ikatan 1


4,




8, 12,

22.





14,18, 3, 5, 7.


2.




6, 10, 20,

9, 11,25


17, 19.







13,15.

16, 21.


23.


24 4 soal



2 soal



7 soal

6 soal


3 soal


3 soal 1

Keterangan :
C1 = Pengetahuan (Knowledge)
C2 = Pemahaman (Comprehension)
C3 = Aplikasi (Application)
Tabel.3.1 Kisi-kisi tes Evaluasi Siklus II
Kompetensi dasar Materi Pembelajaran Indikator Tingkat kongnitif Jumlah Siklus
C1 C2 C3
1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk Senyawa kovalen polar dan senyawa nonpolar


Ikatan logam


Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan melalui percobaan
Menjelaskan proses pembentukan ikatan logam dan hubungannya dengan sifat fisik logam.
Memprediksi jenis ikatan yang terjadi pada berbagai senyawa dan membandingkan dengan sifat fisiknya.
II

Keterangan :
C1 = Pengetahuan
C2 = Pemahaman
C3 = Aplikasi
Indikator Keberhasilan
Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Hasil belajar siswa dikatakan berhasil jika ketuntasan klasikal sudah tercapai dan terjadi peningkatan pada tiap siklus.
Apabila pembelajaran pada siklus I belum tuntas maka akan diadakan siklus II, dan seterusnya.

Selasa, 14 Desember 2010

KIMIA FISIK

ACARA I
GAS

1. Kelarutan Gas ; The Ammonia Fountain
1.1. Landasan Teori :
Gas yang paling sederhana adalah gas ideal adalah: gas yang memenuh asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. gas ideal terdiri atas partikel-partikel dalam jumlah yang besar sekali
2. Ukuran partkel gas diabaikkan terhadap kuran wadah
3. Setiap partkel gas selalu bergerak dengan arah sebarang
4. Partikel gas terdistribusi marata pada slurh ruangan dalam wadah
5. partikel gas memenuhi hukum Dalton tentang gerak
6. setiap tumbukan yang terjadi bersifat lenting sempruna
Sifat Gas :
Mudah ditekan
Akan selalu memenuhi ruangan yang ditempati
Hukum-hukum yang berlaku pada zat cair berlaku pada gas.
Contoh Hukum Archimedes ( jika suatu benda dicelupkan kedalam zat cair, maka akan mendapat gaya ke atas sebesar zat cair yang dipindahkan ) F > W , dimana F = gaya ketas,W = berat
Pada gas tidak berlaku Tekanan hidrostatis
Disegala titik dalam ruang yang sama mempunyai tekanan gas yang sama besarnya.
Kelarutan gas :
Gas-gas umumnya sedikit melarut kedalam air; sementara yang sukar beraksi dengan pelarut (air) adalah O2,H2,CO,NO dan gas-gas mulia.gas-gas yang cukup tinggi kelarutannya ( dan ada yang dapat bereaksi dengan air ) di antaranya adalah gas-gas seperti NH3,CO2,SO2, dan gas hydrogen-halida.
Kelarutan harus tinggi agar laju absorbsi besar dan kebutuhan pelarut sedikit. Seringkali dipakai pelarut yang sifat kimianya mirip. Pelarut yang bereaksi dengan solute akan memberikan daya larut yang besar, tetapi apabila pelarut harus dipakai berulang kali, maka reaksi harus dapat balik (reversible). Contoh, sejumlah tertentu air murni ditempatkan dalam bejana yang tertutup bersama-sama dengan campuran gas yang terdiri dari ammonia dan udara, pada keadaan yang dapat diatur sedemikian rupa sehingga temperatur dan tekanannya tetap.
Dimana Amonia sendiri adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Amoniak, NH3 merupakan gas tak berwarna, berbau merangsang ( pesing), dan mudah larut dalam air ( dengan membentuk larut basa). Amonia umumnya bersifat basa (pKb=4.75), namun dapat juga bertindak sebagai asam yang amat lemah (pKa=9.25). Amoniak dapat dibuat dengan memanaskan campuran NH4Cl ( salmiak;amonium klorida) dan Ca(OH)2 ( kalsium hidroksida). Reaksi yang terjadi:
2 NH4Cl (s) + Ca(OH)2 (s) CaCl2 (s )+ 2H2O (l) + 2NH3 (g).
Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia), oleh karenanya ia segera berdifusi dari gas ke dalam cairan dengan menembus antar muka yang memisahkan gas dari cairan. Molekul ammonia yang masuk kedalam cairan, karena gerakan molekulnya akan berdifusi ke dalam curah cairan dan pada saatnya tersebar di seluruh cairan. Sebagian dari molekul ammonia akan mendifusi kembali ke dalam fasa gas dan laju dari peristiwa ini akan tergantung pada konsentrasinya di dalam cairan pada antar muka.dalam pemanfa’atannya amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak dengan amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam untuk 25 ppm volum. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Sekalipun amonia di AS diatur sebagai gas tak mudah terbakar, amonia masih digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup, dan pengangkutan amonia berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus disertai surat izin.
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu -33 °C, cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat rendah. Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5 °C). Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen berat amonia.
1.2. Tujuan Praktikum :
1) Untuk menentukan Gas terlarut dalam Air.
2) Bertujuan untuk menghasilkan semburan Gas Ammonia ( NH3).
1.3. Alat dan bahan :

1) Labu ukur 6) sumbat
2) Gelas kimia 7) Pipet tetes
3) Klem 8) Permanas
4) Statip 9) Pipa karet
5) NH4Cl, NaOH, Indikator PP 10) Aquadest
1.4. Prosedur ;
1. Set alat seperti gambar. Perhatikan pipa terpasang dalam labu dengan baik dan mencapai ujung/puncak (mendekati dasar labu).labu dalam keadaan kering
2. Isi gelas kimia dengan air sekitar sepertiga-seperempat bagian dan tambahkan beberapa tetes Indicator phenolphthalein (PP)
3. Isi penetes/penyerot dengan air
4. Isi labu dengan ammonia mengikuti proses berikut :
a) Masukkan 1 sendok penuh Ammonia klorida dan 1 sendok penuh Sodium hidroksida kedalam tabung reaksi besar
b) Secara perlahan panaskan tabung dengan mengunakan pelindung (masker) atau pada area yang berventulasi baik dan langsung menghasilkan ammonia ke dalam labu kering. Setelah kamu yakin semua gas hilang dari labu, kemudian kumpulkan gas ammonia sampai labu penuh.
5. Pasang lem atau penjepit pada pipa untuk menghalangi gas masuk dan keluar dari labu
6. Pasang labu dengan terbalik pada gelang statip
7. Pasang pipa panjang dari labu ke gelas kimia.pipa harus mencapai mendekati dasar gelas kimia
8. Apabila anda sudah siap memulai,lepaskan klem/penjempit
9. Memulai reaksi dengan menyeprotkan air dari penyemprot atau penetes ke dalam labu
10. Akan menghasilkan semburan air dari gelas kimia kedalam labu melalui pipa
1.5. Hasil Praktikum :
1.6. Pembahasan :
Dalam praktikum Kelarutan Gas ; The Ammonia Fountain ini adalah bertujuan untuk menghasilkan semburan gas ammonia dan menentukan ammonia terlarut dalam air, dalam proses prakteknya harus hati-hati dan dibutuhkan alat dan bahan atau masker yang cukup aman,karena gas ammonia adalah gas yang berbahaya bagi kesehatan paru-paru bahkan dapat menyebabkan kematian. Ammonia sendiri adalah salah satu senyawa yang sangat dibutuhkan dalam industri pupuk. Senyawa ini dibuat melalui reaksi antara gas nitrogen dan gas hidrogen.
Reaksinya : N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)
nitrogennya berasal dari udara dan hidrogennya berasal dari Natural Gas.
Dengan jelas kita ketahui bahwa Reaksi tersebut berjalan sangat lambat pada suhu rendah, sedangkan pada suhu tinggi gas NH3 yang dihasilkan cenderung terurai kembali menjadi gas nitrogen dan gas hidrogen. Atas dasar itulah, diperlukan suatu kondisi yang memungkinkan agar reaksi dapat berlangsung cepat pada suhu rendah.
Gas NH3 bersifat mudah larut (bereaksi) dengan air membentuk larutan Amonium Hidroksida, NH4OH (aq) bersifat basa, dan dengan indikator fenolftalein (PP) memberikan warna merah
Untuk menunjukan sifat ini, langkah kerja yang kami lakukan adalah mengikuti prosedur kerja yang sudah ada dipetunjuk praktikum yakni langkah pertama set alatnya dan menyumbat labu yang sudah kering hal ini dilakukkan untuk mengindari menempelnya ammonia.labu yang berisi gas NH3,disumbat dengan karet berlubang. dengan segera mencelupkan ujung pipa kedalam gelas kimia yang berisi air yang telah dibubuhi 3-4 tetes indikator PP .Pemilihan indikator PP ini adalah karena titrasi ini merupakan titrasi asam lemah oleh basa kuat yang memiliki titik ekuivalen diatas 7. Hal itu cocok dengan rentang perubahan pH dari indikator PP .Indikator PP tidak bewarna dalam suasana asam dan bewarna merah muda dalam suasana basa.Keluarkan air dari pipet kecil (pada sumbat) hal ini dilakukkan untuk memancing semburan air dari gelas kimia ( bak ). Semburan air mancur akan berwarna pink,dimana warna pink disini adalah berfungsi sebagai formalitas saja untuk menarik perhatian dalam proses praktikum
Pada prosedur kerjanya, tabung yang dimaskukan 1 (satu ) sendok penuh Ammonia Klorida dan 1 ( satu ) sendok penuh Sodium Hidroksida kedalam tabung reaksi besar setelah dipanaskan akan memuai, karena memuai suatu massa tertentu, gas ( udara) menempati ruang lebih banyak sehingga kerapatannya menurun .hal inilah yang menyebabkan gas yang dipanaskan naik ke atas dan terjadi semburan berwarna pink diatas labu. ini terjadi karena gas bergerak secara acak. pergerakkan gas yang relatif acak dan tidak teratur menyebabkan tekanan gas berubah sesuai dengan perubahan volume dan suhu sistem.dari pipa terjadi pergerakan menuju ke atas labu diakibatkan adanya suatu gaya dimana gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menimbulkan perubahan gerak.atau adanya gesekan atau tekanan dari air yang telah di panaskan karena air yang dipanaskan didalam gelas kimia memiliki massa jenis yang lebih kecil daripada air dinggin, karenannya gaya apung ke atas melebihi gaya total kebawah. Pada percobaan terbentuk seperti air mancur karena tekanan gas keseluruh arah ( hukum pascal ). dan naiknya ini karena ada gaya kapilaritas Indikator ,adalah suatu zat yng mempunyai warna tertentu dalam suatu daerah pH. Dan peristiwa naiknya ammonia merupakan salah satu dari perilaku gas itu sendiri.
1.7. Pertanyaan dan Jawaban :
1. Mengapa reaksi tidak dapat bekerja jika labu basah?
Jawab :
karena larutan gas yang direaksikan kali ini adalah gas ammonia dimana ammonia sendiri gas yang bersifat mudah larut (bereaksi) dengan air membentuk larutan Amonium Hidroksida, NH4OH (aq) bersifat basa. nah jika labu dalam keadaan basah atau adanya mengandung air maka ammonia mudah bereaksi dengan air yang ada dilabu, jika hal ini sudah terjadi akan menyebabkan air dalam gelas kimia terhenti atau tidak dapat masuk kedalam labu,
2. Tuliskan persamaan reaksi tersebut?
Jawab :
reaksinya :
NH3 (g) + H2O (l)  NH4OH (aq)
Dengan Jelas terlihat reaksi diatas, bahwa gas ammonia ketika di reaksikan dengan air menghasilkan Amonium hidrosida,ini menandakan ammoniak mudah larut (beraksi) dengan air. Karena ammonia memiliki moment divol sehingga dapat berperan sebagai basa atau ligan dalam Sebagian amonia juga bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion amonium dan ion hidroksida.
3. Terangkan reaksi pembentukan gas ammonia tersebut?
Jawab :
Reaksi pembentukan :
NH4Cl (s) + NaOH(s) NaCl (s )+ H2O (l) + NH3 (g).

Dimana Amonia sendiri adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Amoniak, NH3 merupakan gas tak berwarna, berbau merangsang ( pesing), dan mudah larut dalam air ( dengan membentuk larut basa). Amonia umumnya bersifat basa, namun dapat juga bertindak sebagai asam yang amat lemah. ammonia sebagai gas tak mudah terbakar, amonia masih digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup
4. Cari dan terangkan contoh-contoh gas lain yang larut dalam air?
Jawab :
Contoh-contoh gas yang larut dalam air selain gas Ammonia adalah sebagai berikut :
Gas klorin,Cl2 merupakan gas beracun dengan sifat diantaranya berwarna hijau-kekuningan,dapat larut dalam air (disebut air klor), dapat mencair bila didinginkan/dimampatkan, sangat reaktif dengan beberapa senyawa, dan bersifat racun.
Gas klorin.Cl2 dapat dibuat di laboratorium berdasarkan pada salah satu reaksi berikut ini :
(1) MnO2 (s) + 4 HCl (aq)  MnCl2 (aq) + 2H2O (l) + Cl2 (g)
(2) 2 KMnO4 ( s) +16 HCl (aq) 
2 KCl (aq) + 2 MnCl2 (aq) 8H2O (l) + 5 Cl2 (g)
Catatan : gas SO2 lebih berat 21/2 kali dari udara; sehingga dapat ditampung didalam sebuah tabung reaksi tegak.
Bromin atau brom,Br2 merupakan cairan kental merah-kecoklatan, mudah menguap dengan bau merangsang, dapat larut dalam air ( disebut air brom atau aqua-bromata), dapat larut dalam pelarut CS2 (larut berwarna coklat), dan bersifat reaktif ( tetapi tidak sehebat Cl2)
Brom dapat dibuat dilaboratorium dengan menuangkan H2SO4 6 M kedalam campuran serbuk NaBr dan serbuk MnO2 ( dengan perbandingan mol sebesar 2:1 ),Dan selanjutnya dipanaskan secara perlahan.
Reaksi yang terjadi :
2 NaBr (s) + MnO2 (s) + 3 H2SO4 (aq) 
MnSO4 (aq) + 2 NaHSO4(aq) + 2H2O (l) + Br2(g)
Uap Br2 dapat ditampung langsung pada tabung reaksi dingin (tercelup dalam air es). Atau dapt lansung dialirkan kedalam botol coklat berisi aquades ( diperoleh :air brom atau aqua-bromata )
Catatan :
Air brom stabil ditempat yang gelap;adanya cahaya menyebabkan trjadinya reaksi dengan air seperti berikut :
2 Br (aq) + 2 H20 (l)  4 HBr(aq ) +O2 (g.)




2. Difusi Gas
2.1. Landasan Teori :
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid atau fluida.
Difusi merupakan aliran fisik dari suatu zat dan berlangsung dengan kecepatan tertentu. Komponen yang terdifusi meninggalkan ruang dibelakangnya, dan untuk menempati lokasi baru pun ia memerlukan ruang.
Sifat bahan difusi dan aliran menyebabkan terdapatnya situasi:
1. Hanya satu komponen A yang berpindah dari atau ke muka, dan aliran total.
2. Sama dengan aliran A, contoh dari situasi ini adalah absorbsi satu komponen dari gas ke zat cair.
3. Difusi komponen A didalam campuran itu diimbangi oleh aliran komponen B yang jumlah molnya sama tetapi arahnya berlawanan sehingga tidak adaaliran molar netto. Hasil ini biasanya terdapat pada distilasi, yang berarti pula tidak ada aliran volume netto didalam fasa gas. Tetapi didalam zat cair umumnya terdapat aliran volume atau aliran massa netto yang disebabkan oleh adanya densitas molar.
4. Difusi A ke B berlangsung berlawanan arah, tetapi fluks molarnya tidak sama. Situasi ini sangat sering ditemukan pada difusi species yang bereaksi secara kimia kepermukaan katalis atau dari permukaan itu.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu:
a. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehinggak kecepatan difusi semakin tinggi.
b. Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
c. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
d. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
e. Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
Besaran-besaran difusi
Ada lima konsep yang digunakan dalam difusi:
i. Kecepatan u, panjang/waktu.
ii. Fluks melintas bidang N, mol/luas-waktu
iii. Fluks relatif terhadap kecepatan nol J, mol/luas-waktu
iv. Konsentrasi c dan densitas molar , mol/volume (fraksi mol juga dapat digunakan).
v. Gradien konsentrasi dc/db, dimana b adalah panjang lintas tegak-lurus terhadap luas yang dilintasi oleh difusi yang berlangsung.
Laju aliran molar, kecepatan dan fluks. Jika fluks molar total, dalam mol persatuan luas pada arah tegak lurus terhadap suatu bidang stasioner dinamakan N, dan kecepatan rata-rata volumetrik uo, maka: Dimana : = Densitas molar campuran itu.
pernyataan hukum pertama Fick tentang difusi untuk campuran biner, hukum ini berdasarkan atas tiga keputusan: Fluks dalam mol/luas-waktu. Kecepatan difusi adalah relatif terhadap kecepatan rata-rata volume. Potensial pendorong adalah konsentrasi molar (mol komponen A persatuan volume)
Untuk gas ideal DAB = DBA. Untuk suatu zat cair akan mempunyai diffusivitas yang sama dengan halnya gas ideal jika densitas dari kedua cairan itu adalah sama. Bentuk umum persamaan difusi yang memberikan refluk total terhadap suatu bidang tetap yaitu : persamaan dasar untuk perpindahan massa dalam fasa fluida yang tak turbulent. Persamaan ini memperhitungkan kuantitas komponen A yang dibawa oleh aliran-lindak konveksi fluida dan kuantitas A yang berpindah karena difusi molekuler. Sifat vektor daripada fluks dan muka/ke arus gas, dan komponen uap dalam keadaan dimana terdapat gas yang tak mampu kondensasi. Banyak pula contoh yang menyebabkan terjadinya aliran konveksi kearah antar muka.
2.2. Tujuan Praktikum :Untuk menghitung hasil Laju kecepatan difusi gas dan perbandingan antara data percobaan dengan data teorinya
2.3. Alat dan Bahan :
a. Selinder 100 ml
b. Kertas lakmus,batang pengaduk
c. Sumbat katun
d. Plastic wrap
e. HCl
f. NH4OH
2.4. Prosedur :
1. Bersihkan dan keringkan dua bagian/ujung selinder 100 mL
2. Dengan batang gelas,maukkan potongan dari kertas lakmus biru ke dalam salah satu selinder.dorong keras ke dasar selinder
3. Tempatkan selinder pada sisi lain, kerjakan dengan segera prosedur berikutnya
4. Celupkan potongan kain katun kedalam HCl ( Hati-Hati ) dan taruh dibagian ujung terbuka ( mulut) selinder.
5. Dengan cepat tutup mulut dengan ketat mengunakan potongan plastik wrap
6. Segera setelah sumbatkatn dimaskukan, memulai menghitng waktu. Catat waktu yang diperlukan gas HCl untuk bergerak/berjalan di sepanjang selinder dan sampai kertas lakmus biru menjadi merah
7. Ulangi demonstrasi tersebut dengan keras lakmus merah dan sumbat katun dicelupkan kedalam NH4OH
2.5. Hasil Paktikum :
Penghitungan :
Rumus : Kecepatan,V = jarak dibagi waktu yang ditempuh,
secara matematis dapat dituliskan : V = S
t

Maka : dari teori V HCl : V NH4OH =1,22
Jadi perbandingan rasio antara laju dari data eksperiment dengan rasio dari teori adalah : 1,46 : 1,22 adalah 0,24

2.6. Pembahasan :


2.7. Pertanyaan dan jawaban :
1. Mengapa perhitungan rasio dari data ekperiment berbeda dengan rasio secara teori.?
Jawab :
Disebabkan karena adanya salah penafsiran mmentapkan alat dan bahan, baik jumlah,jenis maupun takarannya,dan bebrapa faktor yakni dari :
Sisi Alat dan bahan : Mungkin alat yang digunkan belum terlalu higenis atau bersih dari kotoran maupun debu yang menempel di alat tersebut,sedangkan di bahan mungkin takaran yang digunakkan belum tepat,atau berlebih. Misalnya,ambilah maks 2 tetes indikator,tetapi yang diambil 1,5 tetes dll.
dari sisi yang melakukkan peraktikum: dalam percobaannya dia ceroboh,kurang teliti dan tidak ada rasa keingintahuan atau tidak ada keseriusan dalam melakukan langkah-langkah kerja paraktikum itu. hal inilah yang menyebabkan antara perhitungan rasio data experiment dengan teorinya berbeda.!
2. Apa hubungan antara massa gas dan laju difusi?
Jawab :
adalah dimana akar kuadarat dari massa molekul gas berbanding terbalik dengan laju difusinya.
3. Mengapa harus mengunakan selinder kering untuk demonstrasi?
Jawab :
Untuk lancarnya proses reaksi berlangsung, alat haruslah bersih dan terutama kering,yang namanya basah pasti mengandung yang namanyavair. karena apabila selinder basah akan menghambat laju gas untuk menuju tujuan,misalnya ini ke kertas lakmus, sebab gas tersebut sebelum tiba ke kertas lakmus, akan bereaksi duluan dengan air yang mengendap atau menepel pada selinder basah tersebut.


ACARA II
KINETIKA

3. Dekomposisi Katalitik Hidrogenperoksida ; Membentuk Busa
3.1. Landasan Teori :
Teori Kinetik Molekular Gas
Menurut teori ini, gas memberi tekanan saat molekul-molekulnya menumbuk dinding wadah. Semakin besar jumlah molekul gas per satuan volume, semakin besar molekul yang menumbuk dinding wadah, dan akibatnya semakin tinggi tekanan gas. Asumsi teori ini adalah sebagai berikut.
1. Gas terdiri atas molekul-molekul yang bergerak random.
2. Tidak terdapat tarikan maupun tolakan antar molekul gas.
3. Tumbukan antar molekul adalah tumbukan elastik sempurna, yakni tidak ada energi kinetik yang hilang.
4. Bila dibandingkan dengan volume yang ditempati gas, volume real molekul gas dapat diabaikan.
Dalam teori kenentik, sifat yang dipandang dari sifat rata-rata dari gerakan tiap partikel zat
1. Zat padat
Molekul-molekul atau atom-atom dalam zat padat terkait erta di tempatkan masing-masing dengan gaya molekuler sehingga membentuk suatu kristal
Masing-masing partikel melakukan getaran harmonis ( vibrasi) disekitar titik sembarangnya
Makin tingi temperatur benda,makin hebat getaran-gataran molekuler tersebut, bahkan bila suhu benda mencapai titik leburnya,susunan kristal menjadi rusak karna sangat hebatnya getaran. Sehingga dalam keadaan ini zat berubah wujud dari padat menjadi cair
2. Zat cair
Molekul-molekul atau atom-atom dalam zat cair tersusun agak rapi. Disamping tiap-tiap partikelnya mengadakan vibrasi,juga ada gerakan translasi kesegala arah
Zat cair mempunyai volume tetap karena dukumpulkan menajadi satu oleh lapisan permukan zat cair, gaya molekuler masih dirasakan dalam keadaan cair tetapi lebih kecil bila dibandingkan dengan kedaan padat
Makin tinggi temperatur zat cair,makin cepat gerakan translasinya. Baik ada yang mampu menembus permukaan zat cair.peristiwa ini dinamakan menguap
3. Gas
Molekul-molekul atau atom dalam gas bergerak bebas kesegala arah. Jarak antar molekul relatif besar.sehinggagaya molekulernya dapat diabaikkan
Molekul-molekul gas akan selalu memenuhi ruangan, sehingga volume gas tergantung dari volume yang ditempati. Makin tinggi temperatur gas ,makin cepat molekul-molekul gas itu bergerak. Sehingga tekanan gas didalam ruan itu bertambah besar.
Katalisis
adalah peristiwa peningkatan laju reaksi sebagai akibat penambahan suatu katalis. Meskipun katalis menurunkan energi aktivasi (Ea)reaksi, tetapi ia tidak mempengaruhi perbedaan energi antara produk dan pereaksi. Dengan kata lain, penggunaan katalis tidak akan mengubah entalpi reaksi.
Gambar :





Katalis merupakan zat yang dapat memperbesar laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia secara permanen, sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat suatu laju reaksi, namun ia sendiri, secara kimiawi, tidak berubah pada akhir reaksi. Ketika reaksi selesai, kita akan mendapatkan massa katalasis yang sama seperti pada awal kita tambahkan.
Katalis adalah zat yang dapat memperbesar laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia secara permanen, sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali. Katalis mempercepat reaksi dengan cara menurunkan harga energi aktivasi (Ea). Salah satu cara lain untuk mempercepat laju reaksi adalah dengan jalan menurunkan energi pengaktifan suatu reaksi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan katalis. Katalis adalah zat yang dapat meningkatkan laju reaksi tanpa dirinya mengalami perubahan kimia secara permanen.
Katalis dapat bekerja dengan membentuk senyawa antara atau mengabsorpsi zat yang direaksikan.
Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi katalis dan prosesnya disebut katalisme. Katalis suatu reaksi biasanya dituliskan di atas tanda panah, misalnya.
2 KClO3 (g) +MnO2–> 2 KCl (s) + 3 O2 (g)
H2 (g) + Cl2 (g) –arang–> 2 HCl (g)
Ada dua macam katalis, yaitu katalis positif (katalisator) yang berfungsi mempercepat reaksi, dan katalis negatif (inhibitor) yang berfungsi memperlambat laju reaksi. Katalis positif berperan menurunkan energi pengaktifan, dan membuat orientasi molekul sesuai untuk terjadinya tumbukan. Sedangkan katalisator Berdasarkan wujudnya, katalis dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu katalis homogen dan katalis heterogen.
a. Katalis heterogen
Katalis heterogen berada dalam fasa yang berbeda dengan pereaksi; biasanya ada dalam bentuk padatan. Katalis heterogen biasanya melibatkan pereaksi fasa gas yang terserap pada permukaan katalis padat.
Terdapat dua jenis proses penyerapan gas pada permukaan padat, yaitu adsorpsi (penyerapan zat pada permukaan benda) dan absorpsi (penyerapan zat ke seluruh bagian benda).
Contoh:
Katalis berwujud padat, sedangkan pereaksi berwujud gas.
• 2SO2 (g) + O2 →2SO3 (g)
• C2H4 (g) + H2 (g) →C2H6 (g)
b. Katalis homogen
Katalis homogen adalah katalis yang berada dalam fasa yang sama dengan molekul pereaksi. Banyak contoh dari katalis jenis ini baik dalam fasa gas maupun dalam fasa cair atau larutan.
Contoh:
• Katalis dan pereaksi berwujud gas
Misalnya : belareng dioksida,2SO2 (g) + O2 (g) →2SO3 (g)
• Katalis dan pereaksi berwujud cair
Misalnya : Hidrogen Peroksida .2H2O2 (aq) → H2O (l) +O2 (g)

Hidrogen Peroksida (H2O2­),
adalah cairan benih,agak lebih kental daripada air, yang merupakan oksidator kuat,dimanfa’atkan sebagai bahan pemutih,sifsinfektan dan sebagai bahan bakar rocket. H2O2, tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air.dalam keadaan normal H2O2 sangat stabil dengan laju dekomposisi kurang dari 1% per-tahun.
Mayoritas pengunaan H2O2 adalah dengan memanfa’atkan dan merekayasa dekomposisinya, yang intinya menghasilkan okisgen,selain menghasilkan oksigen dekomposisi H2O2 juga menghasilka H2O dan kalor\panas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida, H2O2 adalah :
a. Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin
b. Katalis, seperti Fe,Cu,Pb,Mn
c. Temperatur,laju dekomposisi H2O2 naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan 10 °C
d. ( dalam range temperatur 20-100°C)
e. Makin tinggi pH laju dekomposisi semakin tinggi
3.2. Tujuan Praktikum :
Untuk menghasilkan gas Hidrogenperoksida yang membentuk larutan bersifat koloid/Busa
Untuk mengetahui larutan yang berperan sebagai pengkatalis.
3.3. Alat dan Bahan :
Gelas piala 500 ml
Bak
H2O2
3.4. Prosedur:
1. Tempatkan gelas piala besar ( 500 mL) pada plastik tray/ember atau kedalam bak cuci laboratorium
2. Tuangkan sekitar 30mL hydrogen peroksida 30 5 kedalam gelas piala
3. Tambahkan sektar 1 ( satu) sampai 4 (empat) sendok KI
3.5. Hasil praktikum dan pembahasan :
Larutan H2O2
Penambahan Deterjen dan Pewarna Makanan
Ditambahkan KI
Warna Bening
Bening Berubah menjadi warna Merah muda
Terbentuknya Busa yang melimpah
Pembahasan :
Pada percobaan dekomposisi katalitik H2O2 ini pada langkah awal praktikum dengan menambahkan pewarna makan dan deterjen terjadi perubahan warna yakni H2O2 yang berwarna bening setelah di dicampurkan, warna larutan menjadi merah muda, karena deterjen merupakan larutan basa, makin tinggi pH (makin basa ), maka laju dekomposisi hidrogen peroksida, H2O2 pun semakin tinggi.dan hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat yang mudah beraksi Setelah terjadi perubahan warna tersebut, selanjutnya penambahan beberapa sendok KI membentuk Busa,beraroma khas,hal ini disebabkan karena pada penambahan KI adanya Molekul-molekul gas memenuhi gelas kimia, sehingga volume gas berubah dari volume awalnya. Dan dipengaruh tumbukkan gas,temperatur gas dan adanya tekanan gas menyebabkan molekul-molekul gas itu bergerak. Keatas gelas kimia. tekanan gas didalam gelas kimia tersebut bertambah besar adanya ion Iodida,I- yang terjadi secara terus berulang-ulang sampai ion iodida yang terbentuk habis.dimana dalam reaksinya terbentuk dalam dua tahap ketika direaksikan dengan I,yakni :
H2O2 (aq) + I- (aq) H2O (l)+ OI -(aq)
H2O2 (aq)+ IO -(aq)  H2O (l) + O2 (g) + I- (aq)
3.6. Pertanyaandan jawaban ;
1. Bagaimana katalis bekerja ?
Jawab :
Katalis adalah zat yang dapat memperbesar laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia secara permanen, sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali
Katalis berfungsi mempercepat reaksi Dan menurunkan energi pengaktifan, dan membuat orientasi molekul sesuai untuk terjadinya tumbukan
Katalis dapat bekerja dengan membentuk senyawa antara atau mengabsorpsi zat yang direaksikan.
2. Apa yang terjadi dengan KI
Jawab :
Kalium Iodida,KI mengalami penyesusaian menjadi
KI  K+ + I-
Ion iodida (I-) dan KI bereaksi dengan H2O
3. Bagimana dapat melaporkan dari besarnya jumlah busa yang dihasilkan.?
Jawab :
Jelas bahwa, akibat menguapan ini, jumlah Volume akhir dengan jumlah Volume awal berbeda atau terjadi pengurangan ketika busa mulai keluar dari mulut gelas kimia.
4. Apa bukti-bukti iodine terbentuk disini?( Warna coklat dari busa)
Jawab :
Yakni setelah penambahan Kalium iodida,KI bahwa terlihat dan tercium aroma bau yang khas kita cium dan adanya busa yang keluar meluap begitu banyak dari gelas kimia dengan warna coklat tua dari busa tersebut
4. Reaksi Traffic Linght
4.1. Landasan Teori :
Suatu reaksi terjadi karena adanya tumbukkan,bila temperatur dinaikkan maka gerak molekul reaktan akan lebih cepat, tumbukkan makin terjadi dan makin keras sehingga menghasilkan tenaga kinetik. Teori tumbukkan menerangkan pengaruh kondisi reaksi terhadap laju, bila suatu reaksi terjadi antara dua partikel, maka dapat dipastikan keduannya bertumbukkan, sehingga semakin banyak tumbukkan yang akan terjadi maka laju reaksi bertambah,namun hanya beberapa tuumbukan yang menyebabkan suatu reaksi, karena tidak semua partikel mempunyai energi yang cukup untuk melkukkan reaksi. Untuk dapat beraksi perllu tenaga-tenaga minimum disebut Energi aktivasi,(Ea) yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang diperlukan untuk membuat reaksi bermulai dan berjalan secara spontan. Energi aktivasi yang lebih tinggi mengimplikasikan bahwa reaktan memerlukan lebih banyak energi untuk memulai reaksi daripada reaksi yang berenergi aktivasi lebih rendah.
4.2. Tujuan Praktikum :
Untuk membuktikkan adanya reaksi yang warnanya berubah-ubah akibat dari energi kinetik .
4.3. Alat dan bahan :
1. Labu ukur 250nml 2 buah
2. Pengaduk
3. Glukosa
4. NaOH
5. Aquades
6. Indigo Carmine Indikator 1 %

4.4. Prosedur :
1. Masukkan 50 ml larutan A ke dalam labu 250 mL
2. Tambahkan 5-10 ml lartan indikator
3. Tutup lab tersebut
4. Pada awal demonstrasi, larutan berwarna kuning
5. Labu digerakkan/diadk secara perlahan-lahan untk menhaslakan warna merah
6. Labu digerkan dengan cepat ntk menghaslakan warna hijau.
4.5. Hasil dan Pembahasan :


Setalah di gerakkan Menghasilkan reaksi traffic light,seperti ditunjukkan pada gambar berikut :

Pembahasan :
Dalam praktik ini bertujuan untuk Untuk membuktikkan adanya reaksi yang warnanya berubah-ubah akibat dari energi kinetik dalam selisih waktu tertentu.dengan hasil warna kuning menjadi merah,merah mejadi hijau.
Pada saat demonstrasi awal yakni ketika penambahan 5-10 tetes ml larutan indicator indigo carming pada 50 ml larutan A (3 gram dextrose (glukosa ) dan 5 g NaOH dalam 250 ml aquadest)
didalam labu 250 ml,larutan berwarna kuning, ini menandakan adanya reaksi terjadi karena adanya reaksi dari kedua larutan yang saling bertumbukkan setelah warna kuning kita dapatin, seterusnya di gerakkan secara perlahan-lah sehingga lama-kelamaan menghasilkan warna yang berbeda yakni dari warna kuning menjadi warna merah,begitu di gerakkan lagi dengan cepat menghasilkan warna hijau, sehingga kami sebut reaksi lampu lalu lintas,hali ini disebabkan karena pada saat digerakkan larutan maka dapat dipastikan keduannya bertumbukkan antar dua partikel antara Larutan A dengan larutan indikator didalam labu ukur tersebut,sehingga semakin gerakkan yang kita lakukkan tumbukkan yang akan terjadi maka laju reaksi bertambah,sehingga larutan ini tiap-tiap digerakkan.tiap-tiap itu pula warnannya berubah
4.6. Pertanyaan dan jawaban :
1) Tunjukkan persamaan reaksi kimia dari reaksi tsb?
Jawab :
2) Apakah rekasi ini reaksi redoks?,jika benar, tunjukkan apa sebagai oksidator dan reduktor.!
Jawab :
3) Jelaskan apa yang terjadi ketika labu digerakkan?
Jawab :

5. Autokatalisis
5.1. Landasan Teori :
Autokatalis
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang dapat berperan sebagai katalis.
Contoh:
MnSO4 yang dihasilkan dari reaksi kalium permanganat dengan asam oksalat dalam suasana asam merupakan autokatalis reaksi tersebut.
2 KMnO4(aq) + 5 H2C2O(aq) + 3 H2SO4(aq) →
2 MnSO4(aq) + K2SO4 (aq) + 8H2O(l) + 10 CO2(g)
Disamping itu, ada beberapa zat yang dapat memperlambat suatu reaksi. Zat tersebut dinamakan antikatalis, karena sifatnya berlawanan dengan katalis. Dalam autocatalysis produk reaksi itu sendiri merupakan katalis untuk reaksi yang mengarah ke umpan balik positif
5.2. Tujuan Praktikum :
Untuk mengetahui larutan mana yang sebagai katalis maupun autokatalisis
5.3. Alat dan bahan :
1. Gelas kimia
2. Pengaduk
3. Tabung selinder/gelas piala
4. Pipet tetes
5. H2SO4.pekat
6. Potassium klorat
7. Na2SO3
8. indikator bromopheno biru
5.4. Prosedur :
1) Membuat larutan asam sulfat
2) Masukkan 50 ml air dalam gelas kimia
3) Tambahkan 4 g potassium klorat, 12,5 g Na2SO3 ,dan sejumlah kecilm (sekitar 5 mg) indikator bromopheno biru
4) Pada gelas kimia kedua, tambahkan 4 mL asam asetat daam 50 ml air.
5) Secara perlahan, aduk dengan konstan, tambahkan larutan asam dari gelas kimia kedua dalam larutan gelas kimia pertama. Aduk sampai terlarut/bercampur sempurna. Larutan akan berwarna biru violet
6) Isi gelas piala 100 ml dengan larutan
7) Secara hati-hati tambahkan dua tets larutan asam asetat kebagian atas cairan dalam selinder
8) Dengan segera akan munculwarna kuning pada permukaan larutan, dan warna kuning-biru akan terbentuk pada antar permukaan (interface)
9) Amati untuk beberapa menit selama antar muka kuning-biru bergerak/mengendap pada dasar gelas piala
5.5. Hasil Praktikum :
Larutan I + Larutan II
Larutan menghasilkan warna kuning dan terdapatnya Interface

5.6. Pembahasan :
Dalam percobaan ini,tahap awal yang dapat dilakukan adalah membuat larutan sulfat dengan mengencerkan larutan terlebih dahulu dengan menambahkan 10 ml asam sulfat.H2SO4,pekat dalam 35 ml air, setelah larutan asam sulfat dibuat. Dalam gelas kimia yang kosong dimasukkin 50 ml,ditambhkan potansium klorat ditambhkan Na2SO3 beberapa gram,dimana pada penambahan kedua larutan ini menghasilkan larutan berwarna yang menandakan bahwa kedua laritannya beraksi,langkah selanjutnya sekitar 5 g indicator bromophenol biru di tambhkan, dan hasilnya yang terdapat interface antara warna kuning dan biru, perubaha dimana warna kuning ini dalam pereaksi asam,dan adanya proses autokatalisis, yang berperan sebagai katalis yakni warna ini disebalkan adanya reaksi redoks,reaksinya :
ClO3- + 3HSO3-  Cl- + 3 SO42- + 3H+
(Biru) (kuning)
Reduktor
Oksidator
Dimana reaksi diatas berlangsung dalam susana asam, dan terlihat jelas bahwa terjadi perbedaan pH antara reaktan dengan Produk. Pada langkah kerja berikutnya ditembahkan beberapa tetes asam sulfat, pada permukaan produk,sehingga menghasilkan produk asam,seperti pada reaksi :
SO22- + H +  HSO3-.
5.7. Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud dengan reaksi autokatalisis?
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang dapat berperan sebagai katalis. Dan reaksi dimana reaktan berfungsi menganalisis diri sendiri dan terjadi secara berulang-ulang.
2. Dapatkah anda sebutkan reaksi autokatalisis yang lain?
2 KMnO4(aq) + 5 H2C2O(aq) + 3 H2SO4(aq) →
2 MnSO4(aq) + K2SO4 (aq) + 8H2O(l) + 10 CO2(g)

3. Ini adalah reaksi redoks. Tentukan mana reduktor dan oksidator!
Reaksi redoks :
ClO3- + 3HSO3-  Cl- + 3 SO42- + 3H+
(Biru) (kuning)
Reduktor
Oksidator
4. Apa yang saya amati pada antar muka antar lapisan larutan berwarna kuning dan biru?
Jawab :
Dari pengamatan kami antara warna kuning dengan dari reaktan ke produk bahwa larutan yang berwarna biru akan menghasilkan warna kuning,karena HSO3,larutan biru adalah larutan asam, bila dilarutkan dengan ClO4,larutan asam pula maka akan menghasilkan asam pula,jelas terlihat pada hasil reaksi diatas dari larutan SO3 menjadi SO42- mengalami oksidator sedangkan ClO3 menjadi Cl- mengalami reduktor









KESIMPULAN
Dari praktikum yang kami lakukan, dapat kami simpulkan ke-lima Macam Praktikum,yakni :
1. Kelarutan Gas Ammonia
Gas NH3 bersifat mudah larut (bereaksi) dengan air membentuk larutan Amonium Hidroksida, NH4OH (aq) bersifat basa, dan dengan indikator fenolftalein (PP) memberikan warna merah
Untuk pembuktian sifat ini,dipilih indikator PP ini karena titrasi ini merupakan titrasi asam lemah oleh basa kuat yang memiliki titik ekuivalen diatas 7..Indikator PP tidak bewarna dalam suasana asam dan bewarna merah muda dalam suasana basa.
Hidroksida setelah dipanaskan akan memuai, karena memuai suatu massa tertentu, gas ( udara) menempati ruang lebih banyak sehingga kerapatannya menurun .inilah yang menyebabkan gas yang dipanaskan naik ke atas, karena gas bergerak secara acak. pergerakkan gas yang relatif acak dan tidak teratur menyebabkan tekanan.tekanan dari air yang telah di panaskan karena air yang dipanaskan didalam gelas kimia memiliki massa jenis yang lebih kecil daripada air dinggin, karenannya gaya apung ke atas melebihi gaya total kebawah.hal ini berubah terjadi semburan berwarna pink diatas labu.. Pada percobaan terbentuk seperti air mancur karena tekanan gas keseluruh arah ( hukum pascal ). dan naiknya ini karena ada gaya kapilaritas Indikator sebagai zat yang mempunyai warna pink dalam suatu daerah pH. Dan peristiwa naiknya ammonia merupakan salah satu dari perilaku gas itu sendiri.
1. Difusi Gas

2. Dekomposisi katalitik Hidrogen peroksida Membentuk busa
H2O2 yang berwarna bening, dan merupakan oksidator kuat yang mudah beraksi,pada pencampuran, warna larutan menjadi merah muda, karena adanya deterjen merupakan larutan basa, makin tinggi pH (makin basa ), maka laju dekomposisi hidrogen peroksida, H2O2 pun semakin tinggi.
Pada terbentuknya busa diakibatkan Molekul-molekul gas memenuhi gelas kimia, dan adanya tekanan gas menyebabkan molekul-molekul gas itu terpental Keatas gelas kimia.tekanan gas didalam gelas kimia tersebut bertambah besar adanya ion Iodida,I- yang terjadi secara terus berulang-ulang sampai ion iodida yang terbentuk habis. sehingga volume gas berubah dari volume awalnya.tetapi tidak bereaksi secara permanen sehingga disebut katalis.

3. Reaksi Traffic Light
Perubahan warna dari kuning  merah  kuning yang ditimbukan karena gerakkan.hali ini disebabkan karena pada saat digerakkan atau kinetik larutan maka dapat dipastikan keduannya bertumbukkan antar dua partikel antara dua didalam labu ukur tersebut,sehingga semakin gerakkan yang kita lakukkan tumbukkan yang akan terjadi maka laju reaksi bertambah,sehingga larutan ini tiap-tiap digerakkan.tiap-tiap itu pula warnannya berubah
Gambar : menunjuka perubahan warna akibat gerakkan, sebagai berikut :

4. Autokatalitik
hasilnya yang terdapat interface antara warna kuning dan biru, perubaha dimana warna kuning ini dalam pereaksi asam,dan adanya proses autokatalisis, yang berperan sebagai katalis yakni warna ini disebalkan adanya reaksi redoks,reaksinya :
ClO3- + 3HSO3-  Cl- + 3 SO42- + 3H+
(Biru) (kuning)
Reduktor Oksidator
Dimana reaksi diatas berlangsung dalam susana asam, dan terlihat jelas bahwa terjadi perbedaan pH antara reaktan dengan Produk.





















DAFTAR PUSTAKA

Dogra,sk dan dogra,s. 1990. kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta : Universitas Indonesia-press
Drs,HAM,Mulyono.2006.Membuat Reagen Kimia di laboratorium.jakarta:PT Bumi aksara
Lingih,Suardhana,Dkk. 1985. Ringkasan Fisika. Bandung : Ganeca Exact Bandung.
Tim Penyusun.2004. Fisika kelas 3 SMA Semester 1. Klaten : Intan Pariwara.
www.bank.sebarin.com
www.chem-is-try.org\\gas\\kinetikgas.pdf
www.google.com\\teorykatalik.html